Sejarah Pantai Ngobaran Di Gunung Kidul Yogyakarta
Sejarah Pantai Ngobaran Di Gunung Kidul Yogyakarta - Ketika sobat akan berlibur di pantai yang ada di Wonosari Gunung Kidul mungkin sudah terbayang dengan pantai putihnya yang bersih dan deburan ombak yang tidak begitu besar sehingga sangat cocok untuk berenang atau sekedar bermain di pinggir pantai. Namun lain halnya jika sobat datang ke pantai yang satu ini. Pantai Ngobaran menawarkan pemandangan yang berbeda dengan pantai-pantai di Gunung Kidul lainya. Meski tidak bisa untuk berenang, namun pemandangan disini cukup mengagumkan. Tebing-tebing yang menjulang tinggi, bangunan-bangunan yang sarat sejarah dan hamparan rumput laut bak sawah merupakan perpaduan alam yang membuat mata terasa segar kembali. Pantai yang bersebelahan dengan Pantai Ngrenehan ini ternyata menyimpan sejarah panjang yang melatar belakanginya. Lantas seperti apa sejarah Pantai Ngobaran ini?
Karena Prabu Brawijaya tidak mau berperang dengan putranya sendiri (Raden Patah) ia memutuskan untuk melakukan upacara Muksa. Upacara tersebut dilakukan dengan cara membakar diri. Kobaran api upacara muksa inilah yang menjadikan Pantai ini disebut sebagai Pantai Ngobaran. Kendati demikian banyak sejarawan yang masih meragukan cerita tersebut. Hal ini karena rasanya tidak mungkin penyebaran agama islam menggunakan cara kekerasan atau perang.
Sejarah Pantai Ngobaran memang mengundang para wisatawan untuk mengunjunginya. Selain pemandangaya yang bagus, sobat akan menemukan 4 tempat ibadah yang berdiri berdampingan. Hal ini seolah menunjukan sejak jaman dulu sudah ada toleransi beragama. Bangunan yang paling jelas terlihat adalah pura yang dilengkapi dengan patung-patung dewa. Di sebelah kiri pura ini ada semacam joglo yang ternyata dulunya digunakan sebagai tempat ibadah penganut kejawen. Menyusuri jalan setapak di depan joglo ini, sobat akan sampai pada sebuah masjid dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Uniknya masjid tersebut menghadap ke selatan bukan ke barat seperti masjid pada umumnya. Kendati demikian untuk solatnya tetap mengahadap ke barat.
Sejarah Pantai Ngobaran
Nama Ngobaran berasal dari sejarah Prabu Brawijaya V yakni Raja terakhir dari kerajaan Majapahit. Dalam sejarah Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Namun setelah Kerajaan Islam berkembang pesat, kejayaan Majapahit semakin tergerus. Pada waktu itu beberapa kerajaan islam mulai tumbuh di pesisir utara Pulau Jawa salah satunya adalah Kerajaan Demak. Salah satu putra Prabu Brawijaya V yang benama Raden Patah justru menjadi penguasa Kerajaan Demak tersebut. Semakin lama Kerajaan Demak semakin berkembang hingga menyentuh kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada akhirnya Kerajaan Majapahit tidak bisa lagi dipertahankan yang membuat Prabu Brawijaya V bersama putranya Bondan Kejawan pergi meninggalkan Kerajaan Majapahit. Prabu Brawijaya V bersama putranya tersebut pergi ke arah barat hingga sampailah disebuah tempat yang damai. Tempat tersebutlah yang sekarang dikenal dengan Pantai Ngobaran.Karena Prabu Brawijaya tidak mau berperang dengan putranya sendiri (Raden Patah) ia memutuskan untuk melakukan upacara Muksa. Upacara tersebut dilakukan dengan cara membakar diri. Kobaran api upacara muksa inilah yang menjadikan Pantai ini disebut sebagai Pantai Ngobaran. Kendati demikian banyak sejarawan yang masih meragukan cerita tersebut. Hal ini karena rasanya tidak mungkin penyebaran agama islam menggunakan cara kekerasan atau perang.
Lokasi Pantai Ngobaran
Pantai yang menyimpan sejarah panjang runtuhnya Kerajaan Majapahit ini terletak di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul. Apabila sobat dari kota Yogyakarta jakanya sekitar 65 Km. Untuk menuju pantai ini susurilah jalan wonosari. Setibanya di pertigaan gading beloklah ke arah palihan hingga sampai di pasar trowono. Di sini sobat akan menjumpai sebuah pertigaan jika kekiri ke arah baron apabila mau ke Pantai Ngobaran pilihlah arah lurus. Saat ini pemerintah nampaknya sudah memberikan perhatian pada pantai ini karena sudah ada perbaikan jalan menuju pantai Ngobaran. Meski sempit dan berkelok namun jalanya cukup mulus.Sejarah Pantai Ngobaran memang mengundang para wisatawan untuk mengunjunginya. Selain pemandangaya yang bagus, sobat akan menemukan 4 tempat ibadah yang berdiri berdampingan. Hal ini seolah menunjukan sejak jaman dulu sudah ada toleransi beragama. Bangunan yang paling jelas terlihat adalah pura yang dilengkapi dengan patung-patung dewa. Di sebelah kiri pura ini ada semacam joglo yang ternyata dulunya digunakan sebagai tempat ibadah penganut kejawen. Menyusuri jalan setapak di depan joglo ini, sobat akan sampai pada sebuah masjid dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Uniknya masjid tersebut menghadap ke selatan bukan ke barat seperti masjid pada umumnya. Kendati demikian untuk solatnya tetap mengahadap ke barat.