Cerita Pendakian Gunung Semeru, Gunung Tertinggi Di Pulau Jawa
PETUALANGANKU-
Hai… sobat petualang gimana kabarnya? Semoga selalu dalam lindungaNya..hmm
setelah cukup lama tidak merasakan hawa dingin pegunungan sejak pendakian
gunung merbabu beberapa waktu lalu.. hasrat untuk berpetualang menapaki jalan
setapak menuju ketinggian semakin menggebu-nggebu nih..hhaa Dan akhirnya
sayapun tertarik untuk mencoba mendaki gunung semeru yang katanya adalah
puncaknya para dewa. Gunung semeru merupakan gunung tertinggi di pulau jawa dengan
puncaknya bernama mahameru (3676 mdpl) dan termasuk dalam
seven summit Indonesia. Gunung Semeru terletak di antara
kabupaten malang dan kabupaten lumajang provinsi jawa timur. Jalur
pendakian gunung semeru hingga saat ini hanya ada satu yaitu melewati
desa ranu pane. Untuk menuju ranu pane bisa di tempuh dari lumajang
maupun dari malang. Untuk menuju ranu pane dari malang maka rutenya
adalah malang-tumpang-ranu pane.
gunung semeru, gunung tertinggi di jawa |
Sebenarnya
keinginan untuk mendaki di gunung semeru ini sudah sejak lama, namun karena
keterbatasan waktu sehingga baru bisa mendaki gunung semeru beberapa waktu
lalu.Seperti biasanya masih bersama teman-teman dari salah satu universitas di
Yogyakarta. Pada awalnya kami akan berangkat ke Gunung Semeru berempat, namun karena
alasan tertentu kedua teman saya tidak jadi ikut. Sempat berfikir untuk
berangkat berdua saja, namun kami teringat ada satu teman lagi yang kami kenal
lewat kegiatan KKN PPL beberapa waktu lalu dan mempunyai hobi yang sama. Setelah
dihubungi ternyata dia akan ikut untuk mendaki gunung semeru. Akhinya kamipun
berangkat bertiga dari Yogyakarta menggunakan kereta api.
Hari Pertama
Setelah pesan tiket beberapa hari
sebelumnya kami bertiga sepakat untuk bertemu di stasiun tugu Yogyakarta pada
hari pemberangkatan.Setelah saya dan kedua teman saya berkumpul, kami langsung
masuk ke kereta jurusan jogja-malang. Jam 22.15 WIB semua penumpang sudah masuk
kedalam kereta dan mulai berangkat.
Hari Kedua
Seberkas cahaya yang masuk melalui
kaca jendela membangunkanku pagi itu. Badan
terasa pegal karena semalam hanya tertidur di tempat duduk saja. Pagi
itu pukul 05.00 pagi kami sudah tiba di malang. Hamparan sawah di kanan dan
kiri cukup menyegarkan mata yang pagi itu masih terkantuk-kantuk. Gunung semeru
dari kejauhan seolah memanggilku untuk segera menapakan kakiku di punggungnya.
Tepat pukul 05.30 wib akhirnya kami tiba di stasiun malang. Kamipun langsung
bergegas keluar. Baru saja sampai di pintu keluar stasiun kami langsung
dihampiri oleh bapak-bapak yang ternyata adalah seorang sopir angkot. Menyadari
bahwa kami rombongan pendaki gunung semeru, bapak tersebut menawarkan angkotnya
untuk mengantar kami ke pasar tumpang. Perlu diketahui bahwa untuk menuju pos
pendakian gunung semeru dari stasiun malang sobat harus menggunakan angkutan
umum menuju tumpang, dari tumpang tersebut untuk menuju pos pendakian (ranu
pane) bisa menggunkan jeep atau truk sayur. Tak berfikir lama karena mengejar
waktu kami langsung menyetujui penawaran bapak (sopir angkot) tadi. Dari stasiun
ke pasar tumpang dibutuhkan waktu sekitar 45 menit, ditengah perjalanan kami
berhenti di sebuah warung makan untuk sarapan pagi. Setelah sampai di pasar
tumpang kami diantar ke sebuah rumah yang menyediakan truk untuk transportasi
ke ranu pane.Ternyata pemilik rumah tersebut adalah mbak nur dan di sana sudah
banyak pendaki baik yang baru saja pulang maupun yang mau berangkat menuju ranu
pane. Baru tersadar ternyata kami belum membawa surat keterangan sehat (salah
satu persyaratan pendakian gunung semeru). Dengan menggunakan angkot tadi kami
diantar ke puskesmas yang letaknya tidak jauh dari rumah mbak nur namun
kembalinya kami harus berjalan kaki. Setelah sampai di puskesmas kami terus
membayar biaya transportasi dari stasiun ke pasar tumpang. Ternyata ada salah
komunikasi antara kami dan pak sopir, biaya yang sebelumnya kami kira 50 rb
ternyata si pak sopir tadi mintanya 100 rb. Akhirnya setelah bernegoisasi kami
membayar 60 rb dengan asumsi setiap orangnya 20 rb. Kemudian masuklah kami bertiga
ke puskesmas yang masih sepi karena baru buka jam setengah delapan. Setelah
menunggu cukup lama petugasnya datang juga, dan langsung ditanya “mau cari
surat keterangan sehat mas?” nampaknya puskesmas disini sering digunakan para
pendaki untuk mencari surat keterangan sehat. Dengan mengisi form serta
menyertakan fotokopi ktp dan membayar 6rb per orang kami sudah mendapatkan
surat keterangan sehat. Kamipun langsung menuju ke rumah mbak nur. Pukul 09.00
wib kami baru berangkat menuju ranu pane dengan bersama rombongan lain.
Rombongan tersebut berasal dari Akademi maritim Jakarta 6 orang dan dari
rombongan pramuka Indonesia berumlah 6 orang. Sepanjang perjalanan dari tumpang
ke ranu pane sobat akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan di
kanan-kiri jalan. Kami tiba di ranu pane sekitar pukul 11.00 wib.
Sesampainya disana kami terus
menuju pos pendakian/ base camp untuk melakukan pendaftaran. Untuk melakukan
pendaftaran di gunung semeru sobat harus menyertakan fotocopy ktp, surat
keterangan sehat dan nanti akan diberi
form. Seteleh form terisi sobat akan diminta biaya retribusi. Pada waktu itu
kami bertiga membayar biaya retribusi 50 rb dengan rincian tiket masuk 10 rb
per orang dan tenda 20 rb. Rombongan lainya langsung melakukan pendakian, akan
tetapi kami beristirahat sebentar untuk menunggu waktu solat dhuhur. Sesudah
sholat dhuhur kami memulai pendakian gunung semeru dengan berdoa bersama
terlebih dahulu.
Untuk pendakian gunung semeru dari
ranu pane hingga ranu kumbolo sebenarnya ada dua jalur yaitu melalui jalur
utama (biasa digunakan untuk pendakian) atau melalui gunung ayek-ayek (biasa
digunakan oleh warga setempat). Pada waktu itu kami melewati jalur utama. Dari basecamp ranu pane kami
berjalan keselatan menyusuri jalan beraspal hingga menemui sebuah gapura
bertuliskan “selamat datang para pendaki gunung semeru” .
gapura selamat datang di gunung semeru |
Tak jauh dari gapura
tersebut kami melewati tanjakan yang cukup tinggi.Sekitar 30 menit kami
berjalan kami tiba di pos lendengan dowo, karena tenaga masih banyak kami tidak
istirahat dan terus melanjutkan perjalanan. Hingga di tengah perjalanan kami
menyusul rombongan dari pramuka Indonesia yang sudah berangkat terlebih
dahulu. Di tengah perjalanan dari lendengan dowo menuju pos berikutnya (watu
rejeng) terdapat beberapa shelter. Kamipun beristirahat sebentar di shelter
tersebut untuk melepas lelah.
beristirahat di shelter dalam perjalanan dari lendengan dowo ke watu rejeng |
Tak lama kemudian kami melanjutkan
perjalanan hingga tiba di pos watu rejeng. Perjalanan dari lendengan dowo ke
watu rejeng dibutuhkan waktu sekitar 2 jam.Sebenarnya jalur dari ranu pane
hingga watu rejeng ini cukup landai hanya ada beberapa tanjakan itupun tidak
terjal. Dari watu rejeng perjalanan dilanjutkan menuju ranu kumbolo. Di tengah
perjalanan kami harus melalui sebuah tanjakan cukup terjal yang cukup menguras
tenaga. Setelah berjalan 2 jam dari watu rejeng badan terasa cukup lelah. Namun
sesaat itu juga semuanya hilang tatkala melihat sebuah hamparan air dengan
bukit hijau yang mengelilinginya. Ranu kumbolo men…. Sebuah tempat yang
sebelumnya hanya bisa saya lihat di internet kini sudah didepan mata. Maha besar
Allah dengan segala ciptaanya. Karena hari sudah sore kami tak mau ketinggalan
untuk mengabadikan momen-momen saat itu. Satu persatu kami bertiga berpose
membelakangi ranu kumbolo hhe..Saat itu waktu menunjukan pukul 05.30 wib jadi
kami langsung menuju ke dekat shelter untuk mendirikan tenda. Disana ternyata
sudah banyak rombongan yang mendirikan tenda termasuk dari rombongan akademi
maritim yang satu rombongan dari pasar tumpang namun mereka berangkat mendaki
terlebih dahulu.Usai mendirikan tenda kami masak untuk makan malam dengan menu
nasi+sayur asem+ telur+nutrijell. Setelah selesai makan kami langsung tidur.
Hari Ketiga
Salah satu momen yang
dinanti-nanti di ranu kumbolo adalah saat sunrise. Namun pagi itu nampaknya tak
begitu bersahabat karena ranu kumbolo dipenuhi kabut. Jadi sinar matahari tak
terlihat karena terhalang oleh kabut. Setelah makan pagi kami terus packing
karena selanjutnya akan melanjutkan perjalanan ke kali mati.
rombongan dari ranu kumbolo yang akan menuju kali mati |
Pukul 10.00 WIB
kami semua berangkat menuju kali mati. Dari ranu kumbolo kami melewati sebuah
tanjakan yang bernama tanjakan cinta. Konon menurut cerita jika kita
membayangkan seseorang tanpa menoleh kebelakang ketika melewati tanjakan cinta
ini maka akan menjadi kenyataan. Namun itu hanyalah mitos, saya pun tidak
begitu tertarik saya lebih menikmati pemandangan ranu kumbolo dari tanjakan
cinta ini. Dibalik tanjakan cinta, sebuah tempat yang luas dengan dipenuhi
tanaman lavender dan rumput atau yang disebut oro-oro ombo sudah
menanti. Setelah melewati oro-oro ombo kami tiba di pos cemoro kandang. Cemoro
kandang adalah sebuah tempat yang dipenuhi oleh pohon cemara. Tak jauh berjalan
dari cemoro kandang hujan mulai turun sehingga kami memutuskan untuk berhenti
sebentar. Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan hingga tiba di pos
jambangan. Dari cemoro kandang ke jambangan berjarak sekitar 2 km. Di jambangan
ini puncak semeru sudah terlihat. Tak butuh waktu yang lama dari jambangan ke
pos kali mati, karena jalanya yang datar dan menurun. Tiba di pos kali mati kami
mendirikan tenda di dekat shelter. Setelah masak dan kemudian makan kami
langsung tidur karena malamnya kami akan melakukan summit attack (perjalanan menuju puncak).
Menu makan malam di pos kali mati |
Hari Keempat
Pukul 01.00 kami dan rombongan
lain memulai perjalanan dengan berdoa bersama terlebih dahulu. Sebenarnya
pendakian gunung semeru hanya diperbolehkan sampai di kali mati. Pendakian di
atas kali mati resiko ditanggung sendiri, mengingat medanya yang cukup
berat. Dengan segala pertimbangan, kami tetap bertekad untuk melakukan pendakian
sampai puncak. Waktu itu kami bersama-sama dengan pendaki dari sukabumi dan
Jakarta. Jadi total yang melakukan pendakian dari pos kali mati ke puncak
berjumlah 18 orang. Karena jalanya yang cukup berat, banyak anggota yang
kelelahan sehingga selama perjalanan sering break. Sekitar
pukul 03.00 kami tiba di arcopodo.Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju cemoro
tunggal. Cemoro tunggal merupakan batas vegetasi, jadi diatas cemoro tunggal
sudah tak ada lagi tumbuhan,melainkan hanya ada pasir dan batu. Disinilah mental
dan fisik kita akan di uji. Karena jalan yang berpasir sehingga akan banyak
menguras tenaga. Terkadang ketika kita melangkahkan satu langkah bisa
terperosot lagi 3 langkah kebawah hal ini mengingatkanku ketika mendaki gunung merapi. Dibanding jalur pendakian gunung merapi dari pasar bubrah, maka pendakian gunung semeru dari cemoro tunggal ini bisa dua kali lipatnya. Ketika kita melihat keatas puncak telihat
dekat, namun setelah berjalan cukup lama tidak juga sampai, inilah yang
terkadang menyebabkan mental kita kalah duluan. Di tengah perjalanan rombongan yang semula
18 orang tidak semuanya sampai ke puncak. Ada beberapa yang mengalami kedinginan
dan kelelahan sehingga memutuskan untuk kembali turun ke kali mati. Pada waktu
itu cuacanya memang tidak begitu baik. Kabut
berair menemani kami selama perjalanan dari cemoro tunggal.
Setelah melewati perjalanan yang
begitu berat akhirnya saya sampai di puncak tertinggi di pulau jawa
itu. Meskipun waktu itu kabut tebal sehingga pemandangan disekitar tidak begitu
terlihat namun saya sudah puas bisa berdiri di puncak semeru. Saya tiba di
puncak sekitar pukul 08.00 wib. Di puncak semeru ketika sudah melewati pukul
09.00 wib kawah jonggring saloka akan mengeluarkan gas beracun. Sehingga tepat
pukul 09.00 wib kami turun menuju kali mati. Dan pukul 11.30 wib semua rombongan
sudah sampai di kali mati. Nampaknya semua rombongan kelelahan jadi kami beristirahat terlebih
dahulu. Baru pada pukul 16.00 wib rombongan turun menuju ranu kumbolo kembali. Akan tetapi saya dan kedua teman saya baru turun ke kali mati pukul 18.00 wib. Hanya butuh
waktu 1,5 jam kami sudah tiba di ranu kumbolo. Kamipun mendirikan tenda kembali
baru esok harinya turun menuju ranu pane.
Hari Kelima
Pagi hari diranu kumbolo disambut
oleh sinar matahari yang terasa hangat mengenai badan. Sebelum meninggalkan ranu
kumbolo kami berfoto-foto terlebih dahulu. Hari itu begitu menyenangkan, kami
yang sebelumnya hanya bertiga dari Yogyakarta bisa berbaur dengan rombongan
lainya hingga berjumlah 20 orang.
Dari ranu kumbolo kami sepakat untuk mencoba
jalur ayek-ayek yang biasa digunakan oleh warga setempat.Tak seperti yang
dibayangkan jalurnya ternyata harus melewati tanjakan yang begitu berat. Setelah
jalan yang menanjak kemudian langsung menurun, dengan jalur yang dipenuhi tanah
liat. Pada waktu itu hujan mulai turun sehingga jalanya sangat licin, sayapun
terpeleset beberapa kali.Namun jika dibandingkan dengan jalur sebelumnya ketika
berangkat, jalur ini memang lebih pendek. Pukul 15.00 wib kami akhirnya kami
sampai di basecamp ranu pane. Karena badan kedinginan akibat diguyur hujan saya
langsung menuju warung didekat basecamp untuk mencari teh hangat. Saat itu
ternyata truk yang semula mengantar kami dari tumpang ke ranu pane sudah
menungu. Sehingga tak lama kemudian kami langsung memasukan semua barang ke truk
dan memulai perjalanan kembali menuju tumpang. Sesampai di tumpang kami
berlanjut mencari tiket kereta di ind*ma*t untuk pulang ke jogja. Ternyata
tiket untuk malam itu sudah habis, sehingga kami membeli tiket untuk esok
harinya. Setelah berpamitan dengan rombongan lain kami berangkat menuju stasiun
dengan angkot. Malam itu kami bermalam di stasiun.
peta jalur pendakian gunung semeru |
Hari Keenam
Jadwal pemberangkatan kereta api
jurusan malang-jogja adalah pukul 08.00 wib. Sehingga paginya kami bersantai
terlebih dahulu membuat mie untuk sekedar mengganjal perut.Pukul 07.45 kami
bertiga menuju ke kereta. Karena badan cukup lelah,jadi di dalam kereta bisa
tertidur cukup pulas hingga tiba di jogja pukul 15.00 wib.
Demikianlah petualangan saya di
semeru, sebuah petualangan yang tak akan saya lupakan. Terima kasih sebanyak
banyaknya untuk bayu & fitrianto (jogja); eny,rasty, rudy (pontianak), irna (jakarta), temen temen dari akademi maritim jakarta, temen temen dari jakarta dan suka bumi, kalian semua luar biasa. Dan untuk wawan dari lombok tunggu kami di rinjani tahun depan.
Dan di akhir cerita pendakian gunung semeru ini saya ingin mengingatkan kembali, sebagai seorang pendaki kita harus tetap menjaga etika digunung yaitu Take
nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing but time. Salam Lestari !